Saudaraku...

Peran Destruktif Hawa Nafsu

Selasa, 28 Desember 2010
Hawa Nafsu dan Thaghut
Hawa nafsu dan thâghût -selanjutnya tagut- adalah faktor bipolar (berkutub dua) yang sangat berpengaruh dalam merusak hidup manusia. Hawa nafsu beraksi merusak manusia dari dalam, sedang tagut merusak manusia dari luar. Setan beroperasi dalam jiwa manusia melalui hawa nafsu dan di masyarakat melalui tagut.

Dalam Alquran, Allah SWT memerintahkan kita untuk mencegah jiwa dari rayuan hawa nafsu, bahkan menyingkirkannya jauh-jauh.

Allah SWT berfirman: "Janganlah kalian ikuti ajakan hawa nafsu." Q.S. Al-Nisâ` 135.

Allah SWT berfirman: "... Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah..." Q.S. Shâd 26

Allah SWT berfirman: " ... Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu..."Q.S.Al Maidah 48.

Sebagaimana pula Allah menyuruh kita untuk mengingkari dan menjahui thaghut.

Allah SWT berfirman: ''...Mereka hendak berhakim kepada tagut. Padahal niereka telah diperintah mengingkarinya. Q.S. An-Nisâ' 60.

Allah SWT berfirman: uDan orang-orangyang menjauhi tagut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku". Q.S. Az-Zumar 17.

Allah SWT berfirman: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk inenyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu..." Q.S. An-Nahl 36

Akal dan Agama
Dalam menghadapi hawa nafsu dan tagut, Allah telah membevi manusia akal dan agama sebagai petunjuk jalan yang lurus.

Peran akal ialah mengatur prilaku manusia dari dalam (jiwa) dan agama mengatur prilaku manusia dari luar.

Diriwayatkan dari Amiril Mukminin Ali as: "Akal merupakan syariat dalam diri manusia, dan syariat adalah akal di luar manusia.”

Imam Musa Al-Kâzhim as berucap: "Allah mempunyai dua hujjah (bukti) atas manusia. Hujjah yang tampak (zhâhir) dan tersembunyi (bâthin). Hujjah yang tampak ialah para Rasul as dan imam as, sedaugkan hujjah yang tersembunyi ialah akal.”

Akal dan agama selalu bahu-membahu dalam diri manusia dan di masyarakat luas untuk menghadang hawa nafsu dan tagut.

Diriwayatkan dari Imam Ali as: "Perangilah hawa nafsumu dengan akalmu.”

Watak Destruktif Hawa Nafsu

Hawa nafsu sebagai daya yang mutlak dengan tuntutan yang mutlak memiliki kemampuan luar biasa untuk merusak jiwa manusia. la tidak dapat diserupai, bahkan setan dan tagut sekalipun.

Lacurnya, daya yang berkapasitas besar untuk merusak ini, laten dan tersimpan dalam jiwa manusia. Tiada jalan bagi manusia untuk bisa menghindar dari jangkauannya.

Oleh karena itu, hawa nafsu merupakan satu dari dua hal yang sangat dikhawatirkan Rasulullah SAWW bila pada umatnya. Rasulullah SAWW bersabda: "Sungguh yang paling aku khawatirkan atas umatku adalah hawa nafsu dan panjang angan-angan. Hawa nafsu akan membendung seorang dari Al-Haq (kebenaran), sedang panjang angan-angan akan melalaikan seorang dari akhirat.”

Dalam sebuah riwayat, Imam Ali as bertutur: "Kelezatan (duniawi) itu merusak."

Tahap Awal Cara Kerja Hawa Nafsu
Marilah kita renungkan hakikat peran destruktif yang dimainkan hawa nafsu dalam kehidupan manusia. Dalam jiwa manusia - sebagaimana yang pernah saya jelaskan -terdapat sejumlah sumber yang mensuplai kesadaran dan gerak manusia. Sumber-sumber inilah yang menegakkan kehidupan bendawi dan maknawi manusia.

Hawa nafsu adalah salah satu dari sumber ini. Tetapi, jika ia berkuasa, maka sumber-sumber yang lain akan menjadi difungsional. la akan menghentikan peran akal, kalbu, dhamîr, fitrah dan irâdah.

Sabotase terhadap sumber-sumber lain manusia akan mengakibatkan kehancuran yang meluas pada kepribadian manusia. Hawa nafsu lama-kelamaan akan secara membabi-buta meruntuhkan sumber-sumber lam manusia. Pada saat itu, - saat dimana sisi hevvani manusia berkuasa penuh atas manusia-manusia akan kehilangan kemanusiaan. Dan beginilah jadinya, bila faktor yang sangat konstruktif berubah menjadi destruktif.

Allah SWT berfirman: "... Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan urusannya itu sungguh telah melewati batas". Q.S. Al-Kahfi 28.

Maksud dari "melewati batas" di sini adalah menyia-nyiakan dan merusak.

Nash-nash keislaman benar-benar memberikan perhatian yang besar atas peran destruktif hawa nafsu manusia. Tujuannya, agar manusia tidak terpasang jerat halus hawa nafsu dan cepat-cepat memetak posisi hawa nafsu dalam diri mereka.

Selanjutnya, saya berusaha memaparkan peran destruktif hawa nafsu dalam nash-nash keislaman, sesuai dengan metode saya dalam kajian ini. Dalam nash-nash keislaman, kita menemukan bahwa tindakan destruktif hawa nafsu mempunyai dua tahap:

Pertama, merusak fungsi sumber-sumber kesadaran dan gerak manusia.

Kedua, menebarkan pengaruh dan memaksakan kekuasaan eksekutif atas manusia.

Dengan demikian, potensi apapun yang dimiliki manusia, seperti kecerdasan, pemahaman dan kejelian diubah menjadi aparat pemerintahan hawa nafsu.

Di bawah ini, saya akan memaparkan masalah tadi dalam kaca-mata riwayat-riwayat keislaman.

Tahap Pertama
Nash-nash keislaman menyebutkan banyak poin tentang pengaruh destruktif hawa nafsu bagi manusia. Berikut ini beberapa di antaranya:

1- Hawa Nafsu Menutup Pintu-pintu Hati dari Petunjuk

Allah Berfirman: "Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?". Q.S. Al-Jâtsiah 23.

Firman Allah : "Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya...” Q.S. Al-Qashash 50.

Mengikuti hawa nafsu akan menyebabkan tertutupnya jendela-jendela hati untuk menerima (kehadiran) Allah. Rasul-Nya, tanda-tanda kebesaran-Nya, hujjah-hujjah-Nya dan bayyinah-bayyinah-Nya.

Amiril Mukminin Ali as berkata: "Meugihuti hawa nafsu akan membutakan, menulikan. dan menghmakan seseorang."[36]

Amiril Mukminin Ali as juga berkata: "Hawa nafsu adalah sekutu kebutaan." [37]

Beliau juga berkata: “Bila kamu mengikuti hawa nafsumu, ia akan menulikanmu dan membutakanmu." [38]

Amiril Mukminin Ali as berkata: "Aku berwasiat agar kamu menjauhi hawa nafsu. Karena, ia mengajakmu kepada kebutaan; yaitu kesesatan di dunia dan akhirat."[39]

2 - Hawa Nafsu Menyesatkan Manusia dan Menghalanginya dari Jalan Allah

Allah SWT berfirman: "Maku datanglah sesudah mcreka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dau memperturutkan hama nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan." Q.S. Maryam 59.

Allah SWT juga berfirman: "... dan janganlah kamu meingikuti hawa nafsu, karena ia akon menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat di jalan Allah akan mendapat azab yang berat." Q.S. Shâd 26.

Rasulullah SAWW bersabda: "Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas umatku ialah hawa nafsu dan panjang angan-angan. Karena, hawa nafsu manusia dari kebenaran dan panjang angan-angan melalaikannya dan akhirat."[40]

3 - Syahwat itu Racun

Imam Ali as berkata: "Syahwat adalah racun yang mematikan.” [41]

4 - Hawa Nafsu itu Penyakit

Dan Imam Ali as: "Barang siapa tergesa-gesa mendatangi syahwatnya, maka penyakit akan cepot merasukinya.”[42]

Dari Imam Ali as: "Jagalah jiwau dan cengkeraman syahwat, kamu akan selamat."[43]

Dari Imam Ali as: "Pangkal segala penyakit adalah mabuk kesenangan (duniawi).”[44]

Dari Imam Ali as: "Pasangan syahwat adalah jiwa yang sakit dan akal yang tidak berdaya."[45]

Dari Imam Ali as: "Syahwat adalah penyakit yang mematikan. Sedang obat mujarabnya ialah kesabaran."[46]

Dari Imam Ali as: "Mengikuti hawa nafsu adalah penyakit segala penyakit."[47]

Dari Imam Ali as: "Syahwat berawal dengan kesenangan dan berahir dengan kesedihan."[48]

5 - Hawa Nafsu adalah Awal Nestapa Manusia

Dari Imam Ali as : "Hawa nafsu ialah pangkal bermacam nestapa."[49]

6 - Hawa Nafsu itu Kendaraan Fituah

Dari Imam Ali as Berkata: "Hawa nafsu adalah kendaraan fituah.”[50]

Dari Imam Ali as: "Awal-mula terjadinya fituah karena hawa nafsu yang diikuti."[51]

Dari Imam Ali as: "Waspadai kedudukan hawa nafsu kalian. Karena awalnya fituah dan akhirnya bencana."[52]

7 - Hawa Nafsu itu Keruntuhan dan Kehancuran

Imam Ali as berkata: "Hawa nafsu itu membinasakan.”[53]

Dari Imam Ali as: "Hawa nafsu menjerumuskan seseorang ke tempat yang paling rendah.”[54]

Imam Ash-Shâdiq as berkata: "Jangan umbar keinginan nafsu. Karena, keinginannya adalah kebinasaan."[55]

8 – Hawa Nafsu itu Kemusnahan

Imam Ali as berkata: "Hawa nafsu itu adalah sesuatu yang paling memusnahkan."[56]

Dari Imam Ali as: "Hawa nafsu itu pongkal kemusnahan."[57]

9 - Ihwa Nafsu itu Musuh Manusia

Imam Ash-Shâdiq as berkata: "Awasi hawa nafsumu seperti kamu mengawasi musuhmu. Karena, mengikuti hawa nafsu adalah inusuh utama manusia.”[58]

10 - Hawa Nafsu akan Mendisfungsi Akal

Irnam Ali as berkata: "Hawa nafsu adalah pantangan akal."[59]

Imam Ali as berkata: "Siapa yang tidah menguasai syahwatnya berarti tidak memiliki akalnyu."[60]

Imam Ali as berkata: "Hilangnya (fungsi) akal itu disebabkan (maraknya) rangsangan syahwat dan amarah."[61]

Beginilah jadinya bila hawa nafsu telah berkuasa sewenang-wenang. la berubah dari faktor pembantu manusia dalam taqarrub menjadi faktor perusak yang melumpuhkan segala sumber-pokok kemanusiaan manusia.

Demikianlah tahap pertama dari kerja hawa nafsu yang merupakan sisi negatif-pasif dari tindak destruktifnya.

Tuhap Kedua
Pada tahap pertama, sifat destruktif hawa nafsu hanya sampai pada melumpuhkan fungsi irâdah, akal, dhamir, kalbu dan fitrah manusia yang menurut istilah Alquran disebut dengan "pelalaian hati" (Ighfâlul Qalb).

Pada tahap ini, ia memaksakan kekuasaan eksekutifnya secara totaliter atas diri manusia. Sehingga, mau tidak mau, manusia menjadi pengikut hawa nafsunya. Menurut peristilahan, Alquran tahap kedua ini disebut dengan "Perihal mengikuti hawa nafsu'' (Ittibâu'l Hawâ).

Dalam menjelaskan ke dua bagian ini Allah berfirman: "... dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas". QS. Al-Kahfi 28.

Pada tahap pertama, hawa nafsu benar-benar telah mengosongkan hati manusia dari pemahaman, kesadaran, bashîrah, dan petunjuk.

Kemudian, pada tahap kedua, hawa nafsu mulai memaksakan kekuasaan eksekutifnya secara utuh atas diri manusia, sehingga dia bertekuk-lutut kepadanya.

Jika kedua tahap perusakan ini telah terjadi, akibatnya seperti disebut Alquran. "Keadaannya telah melampaui batas" (wa kâna amruhû furuthô).

Di bawah Penawanan Hawa Nafsu
Pada titik ini manusia telah sepenuhnya dalam genggaman dan penjara hawa nafsu. Pemenjaraan hawa nafsu atas manusia jauh lebih ketat daripada yang dilakukan manusia pada tawanan perangnya. Karena, tawanan perang dipenjarakan sebatas supaya dia tidak lari, melawan atau berbicara selain yang diperintahkan dan berbagai jenis eksploitasi lainnya. Bagaimanapun juga, dia tetap selalu bebas menjalankan tiga hal:

1. Penginderaan; baik pendengaran ataupun penglihatannya. Dia masih mampu melihat dan mendengar seita merasakan secara merdeka. Pihak penawan tidak akan mampu memaksakan perasaan tertentu pada tawanannya. Sehingga -misalnya- tawanan itu melihat yang bagus menjadi jelek atau sebaliknya.

2. Akal. Tawanan selalu mampu berfikir dan bernalar sekehendaknya. Kebebasannya dalam hal ini persis seperti para penawannya. Lebih jauh, pihak para penawan mustahil bisa memaksakan pola pikir seperti yang mereka inginkan.

3. Hati. Tawanan selalu bisa menyukai dan membenci semau hatinya tanpa interferensi orang yang menawannya. Bahkan, kadang dia membenci dan kadang mencintai musuh-musuhnya.

Adapun tawanan hawa nafsu diperlakukan secara jauh lebih kejam. Karena, hawa nafsu mampu menembus indera, akal dan hati seseorang. la bisa melakukan campur-tangan dan memaksakan dominasinya rerhadap totalitas manusia. Maka. manusia melihat segala sesuatu sesuai dengan kehendaknya; jelek menjadi indah dan indah menjadi jelek atau baik menjadi buruk dan buruk menjadi baik.

Di sini, hawa nafsu merubah penalaran, pemikiran, pemahaman dan pengetahuan manusia tentang kebenaran. Akhirnya. ia menjorok niasuk ke dalam hati seorang dan merubah cinta menjadi benci menurut apa yang dikehendakmya. Selanjutnya manusia akan mencintai musuh-musuh Allah yang seharusnya dia benci dan membenci wali-wali Allah yang seharusnya dia cintai. Lebih-lebih, hawa nafsu bisa menembus dhamir manusia; benteng pertahanan akhir dalam melawan hawa nafsu. Lalu ia mencerabutnya. Setelah itu semua, manusia hidup tanpa kekebalan dalam menghadapi setiap serangan hawa nafsu, setan dan tagut.

Analogi di atas sebenarnya telah dijelaskan nash berikut ini. Diriwayatkan oleh Al-Âmidi dalam kitab Ghurarul Hikam dari Amiril Mukminin Ali as:"Hamba syahwat lebih hina daripada hamba perbudakan.”

Kedua bentuk perbudakan ini sama-sama menghambakan, mengeksploitasi dan mencekik, tapi yang dialami hamba perbudakan sangat ringan bebannya daripada yang dialami hamba hawa nafsu.

0 komentar:

Posting Komentar

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Entri Populer