NUR-NUR ILAHI ADALAH KENDARAAN HATI DAN RAHASIA HATI. NUR ITU IALAH LENTERA HATI, SEBAGAIMANA KEGELAPAN ADALAH LENTERA NAFSU. JIKA ALLAH S.W.T MAU MENOLONG HAMBA-NYA MAKA DIBANTU DENGAN LENTERA ANWAR (NUR-NUR) DAN DIHENTIKAN OLEH KEGELAPAN. NUR ITU BAGINYA MENERANGI (MEMBUKA TUTUPAN), MATA HATI ITU BAGINYA MENGHAKIMKAN DAN HATI ITU BAGINYA MENGHADAP ATAU MEMBELAKANG.
Allah hanya dapat dikenal jika Dia sendiri mau Dia dikenal. Jika Dia ingin memperkenalkan Diri-Nya kepada hamba-Nya maka hati hamba itu akan dipersiapkan dengan menganugerahkan warid. Hati hamba diterangi dengan Nur-Nya. Tidak mungkin mencapai Allah swt tanpa dorongan yang kuat dari Nur-Nya. Nur-Nya adalah kendaraan bagi hati untuk sampai ke Hadrat-Nya. Hati adalah umpama badan dan roh adalah nyawanya. Roh pula berkait dengan Allah dan hubungan itu dinamakan as-Sir (Rahasia). Roh menjadi nyawa kepada hati dan Sir menjadi nyawa kepada roh. Dapat juga dikatakan bahwa hakikat ke hati adalah roh dan hakikat kepada roh adalah Sir. Sir atau Rahasia yang sampai kepada Allah dan Sir yang masuk ke Hadrat-Nya. Sir yang mengenal Allah s.w.t. Sir adalah hakikat kepada sekalian yang maujud.
Nur Ilahi menerangi hati, roh dan Sir. Nur Ilahi membuka bidang hakikat-hakikat. Amal dan ilmu tidak mampu menyingkap rahasia hakikat-hakikat. Nur Ilahi yang berperan menyingkap tabir hakikat. Orang yang mengambil hakikat dari buku-buku atau dari ucapan orang lain, bukanlah hakikat sebenar yang ditemuinya, tetapi hanyalah sangkaan dan khayalan semata-mata. Jika ingin mencapai hakikat perlulah mengamalkan wirid sebagai pembersih hati. Kemudian bersabar menanti sambil terus juga berwirid. Jika Allah menghendaki warid akan didatangkan-Nya kepada hati yang asyik dengan wirid itu. Itulah keberhasilan yang besar dapat dicapai oleh seseorang hamba semasa hidupnya di dunia ini.
Alam ini pada hakikatnya adalah gelap. Alam menjadi terang karena ada kenyataan Allah swt padanya. Misalkan kita berdiri di atas puncak sebuah bukit pada waktu malam yang gelap gulita. Apa yang terlihat hanyalah kegelapan. Bila hari siang, matahari menyinarkan sinarnya, kelihatanlah tumbuh-tumbuhan dan hewan yang menghuni bukit itu. Keberadaan di atas bukit itu menjadi nyata karena diterangi oleh cahaya matahari. Cahaya menzahirkan kewujudan dan gelap pula memindahkan isinya. Jika kegelapan hanya sedikit maka keberadaan terlihat samar. Jika kegelapan itu tebal maka kewujudan tidak kelihatan lagi. Hanya cahaya yang dapat menzahirkan keberadaan, karena cahaya dapat menghalau kegelapan. Jika cahaya matahari dapat menghalau kegelapan yang menutupi benda-benda alam yang nyata, maka cahaya Nur Ilahi pula dapat menghalau kegelapan yang menutup hakikat-hakikat yang ghaib. Mata di kepala melihat benda-benda alam dan mata hati melihat kepada hakikat-hakikat. Banyaknya benda alam yang dilihat oleh mata karena banyaknya cermin yang membalikkan cahaya matahari, sedangkan cahaya hanya satu jenis saja dan datangnya dari matahari yang satu jua. Begitu juga halnya pandangan mata hati. Mata hati melihat banyaknya hakikat karena banyaknya cermin hakikat yang membalikkan cahaya Nur Ilahi, sedangkan Nur Ilahi datangnya dari nur yang satu yang bersumber Zat Yang Maha Esa.
Kegelapan yang menutupi mata hati menyebabkan hati terpisah dari kebenaran. Hatilah yang tertutup sedangkan kebenaran tidak tertutup. Dalil atau bukti yang dicari bukanlah untuk menyatakan kebenaran tetapi adalah untuk mengeluarkan hati dari lembah kegelapan kepada cahaya yang terang benderang bagi melihat kebenaran yang sememangnya tersedia ada, bukan mencari kebenaran baru. Cahayalah yang menerangi atau membuka tutupan hati. Nur Ilahi adalah cahaya yang menerangi hati dan mengeluarkannya dari kegelapan serta membawanya menyaksikan sesuatu dalam keadaannya yang asli. Bila Nur Ilahi sudah membuka tutupan dan cahaya terang telah bersinar maka mata hati dapat memandang kebenaran dan keaslian yang selama ini disembunyikan oleh alam nyata. Bertambah terang cahaya Nur Ilahi yang diterima oleh hati bertambah jelas kebenaran yang dapat dilihatnya. Pengetahuan yang diperoleh melalui pandangan mata hati yang bersuluhkan Nur Ilahi dinamakan ilmu laduni atau ilmu yang diterima dari Allah secara langsung. Kekuatan ilmu yang diperoleh tergantung pada kekuatan hati menerima cahaya Nur.
Ilahi.
Murid yang masih pada tingkat awal hatinya belum cukup bersih, maka cahaya Nur Ilahi yang diperolehinya tidak begitu terang. Oleh itu ilmu laduni yang diperolehinya masih belum mencapai tingkat yang halus-halus. Pada tingkat ini hati bisa mengalami kekeliruan. Kadang-kadang hati menghadap kepada yang kurang benar dengan membelakangkan yang lebih benar. Orang yang pada tingkat ini perlu mendapatkan penjelasan dari anggota makrifat yang lebih arif. Bila hatinya semakin bersih cahaya Nur Ilahi semakin bersinar meneranginya dan dia mendapat ilmu yang lebih jelas. Lalu hatinya menghadap ke yang lebih benar, sampai dia menemukan kebenaran hakiki.
TERBUKA MATA HATI memperlihatkan kepada KAMU AKAN HAMPIRNYA ALLAH SWT Kesaksian MATA HATI memperlihatkan kepada KAMU AKAN ketiadaan KAMU DI SAMPING WUJUD ALLAH SWT Kesaksian HAKIKI MATA HATI memperlihatkan kepada KAMU HANYA ALLAH YANG WUJUD, TIDAK TERLIHAT LAGI ketiadaan KAMU DAN WUJUD KAMU.
Bila hati sudah menjadi bersih maka hati akan menyinarkan cahayanya. Cahaya hati ini dinamakan Nur Kalbu. Ia akan menerangi akal lalu akal dapat memikirkan dan merenungi tentang hal-hal ketuhanan yang menguasai alam dan juga dirinya sendiri. Renungan akal terhadap dirinya sendiri membuatnya menyadari akan perjalanan hal-hal ketuhanan yang menguasai dirinya. Kesadaran ini membuatnya merasakan dengan mendalam betapa hampirnya Allah swt dengannya. Lahirlah di dalam hati nuraninya perasaan bahwa Allah selalu mengawasinya. Allah melihat segala gerak-gerinya, mendengar pertuturannya dan mengetahui bisikan hatinya. Jadilah dia seorang Mukmin yang cermat dan waspada.
Di antara sifat yang dimiliki oleh orang yang sampai ke martabat Mukmin ialah:
1: Cermat dalam pelaksanaan hukum Allah s.w.t.
2: Hati tidak cenderung kepada harta, merasa cukup dengan apa yang ada dan tidak sayang membantu orang lain dengan harta yang dimilikinya.
3: Bertaubat dengan sebenarnya (taubat nasuha) dan tidak kembali lagi ke kejahatan.
4: rohaninya cukup kuat untuk menanggung kesusahan dengan sabar dan bertawakal kepada Allah
5: kehalusan spiritual membuatnya merasa malu kepada Allah dan merendah diri kepada-Nya.
Orang Mukmin yang taat kepada Allah, kuat melakukan ibadat, akan meningkatlah kekuatan rohaninya. Dia akan kuat melakukan tajrid yaitu menyerahkan urusan kehidupannya kepada Allah Dia tidak lagi khawatir terhadap sesuatu yang menimpanya, walaupun bala yang besar. Dia tidak lagi meletakkan ketergantungan kepada sesama makhluk. Hatinya telah teguh dengan perasaan reda terhadap apa jua yang ditentukan Allah untuknya. Bala tidak lagi menggugat imannya dan nikmat tidak lagi menggelincirkannya. Baginya bala dan nikmat adalah sama yaitu takdir yang Allah tentukan untuknya. Apa yang Allah takdirkan itulah yang paling baik. Orang yang seperti ini selalu di dalam perawatan Allah karena dia telah menyerahkan dirinya kepada Allah Allah berikan kepadanya kemampuan untuk melihat dengan mata hati dan bertindak melalui Petunjuk Laduni, tidak lagi dalam pikiran, kehendak diri sendiri atau angan-angan. Pandangan mata hati kepada hal ketuhanan mempengaruhi hatinya (kalbu). Dia mengalami suasana yang menyebabkan dia menolak keberadaan dirinya dan diisbatkannya ke Wujud Allah Suasana ini timbul akibat hakikat ketuhanan yang dialami oleh hati .. Dia merasa benar-benar akan keesaan Allah bukan sekadar mempercayainya.
Pengalaman tentang hakikat dikatakan memandang dengan mata hati. Mata hati melihat atau menyaksikan keesaan Allah dan hati merasakan akan keadaan keesaan itu. Mata hati hanya melihat kepada Wujud Allah, tidak lagi melihat ke wujud dirinya. Orang yang di dalam suasana seperti ini telah berpisah dari sifat-sifat kemanusiaan. Dalam keadaan demikian dia tidak lagi mengindahkan peraturan masyarakat. Dia hanya mementingkan soal hubungannya dengan Allah Soal duniawi seperti makan, minum, pakaian dan pergaulan tidak lagi mendapat perhatiannya. Kelakuannya dapat menyebabkan orang menyangka dia sudah gila. Orang yang mencapai tingkat ini dikatakan mencapai makam tauhid sifat. Hatinya jelas merasakan bahwa tidak ada yang berkuasa melainkan Allah dan segala sesuatu datangnya dari Allah
Rohani manusia melalui beberapa peningkatan dalam proses mengenal Tuhan. Pada tahap pertama terbuka mata hati dan Nur Kalbu memancar menerangi akalnya. Seorang Mukmin yang akalnya diterangi Nur Kalbu akan melihat betapa hampirnya Allah Dia melihat dengan ilmunya dan mendapat keyakinan yang dinamakan ilmul yaqin. Ilmu berhenti di situ. Pada tahap keduanya mata hati yang terbuka sudah dapat melihat. Dia tidak lagi melihat dengan mata ilmu tetapi melihat dengan mata hati. Kemampuan mata hati memandang itu dinamakan kasyaf. Kasyaf melahirkan pengenalan atau makrifat. Seseorang yang berada di dalam makam makrifat dan mendapat keyakinan melalui kasyaf dikatakan memperoleh keyakinan yang dinamakan ainul yaqin. Pada tahap ainul yaqin makrifatnya ghaib dan dia juga ghaib dari dirinya sendiri. Maksud ghaib di sini adalah hilang perhatian dan kesadaran terhadap sesuatu hal .. Beginilah hukum makrifat yang berlaku.
Makrifat lebih tinggi nilainya dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah pencapaian terhadap persoalan yang terpecah-pecah bidangnya. Makrifat pula adalah hasil pencapaian terhadap hakikat-hakikat yang menyeluruh yaitu hakikat kepada hakikat-hakikat. Tetapi, kesaksian mata hati jauh lebih tinggi dari ilmu dan makrifat karena kesaksian itu adalah hasil dari kemauan keras dan perjuangan yang gigih disertai dengan upaya hati dan pengalaman. Kesaksian (shahadul Haq) adalah setinggi-tinggi keyakinan. Kesaksian yang paling tinggi adalah kesaksian hakiki oleh mata hati atau penyaksian yang haq. Ia merupakan keyakinan yang paling tinggi dan dinamakan haqqul yaqin. Pada tingkat kesaksian hakiki mata hati, mata hati tidak lagi melihat ke ketiadaan dirinya atau kewujudan dirinya, tetapi Allah dilihat dalam segala sesuatu, segala kejadian, dalam diam dan dalam tutur-kata. Kesaksian hakiki mata hati melihat-Nya tanpa dinding penutup antara kita dengan-Nya. Belum antara atau ruang antara kita dengan Dia.
Dia berfirman:
"Dan Ia (Allah) tetap bersama-sama kamu di mana saja kamu berada."
(Ayat 4: Surah al-Hadiid)
Dia tidak terpisah dari kamu. Kesaksian yang hakiki adalah melihat Allah dalam segala sesuatu dan pada setiap waktu. Pandangannya terhadap makhluk tidak menutup pandangannya terhadap Allah Inilah makam keteguhan yang dipenuhi oleh ketenangan dan kedamaian yang sejati dan tidak bervariasi, bernaung di bawah payung Yang Maha Agung dan Ketetapan Yang Teguh. Pada kesaksian yang hakiki tiada lagi ucapan, tiada bahasa, tiada ibarat, tiada ilmu, tiada makrifat, tiada pendengaran, tiada kesadaran, tiada hijab dan semuanya sudah tiada. Tabir hijab telah tersingkap, maka Dia dipandang tanpa ibarat, tanpa huruf, tanpa abjad. Allah dipandang dengan mata keyakinan bukan dengan mata zahir atau mata ilmu atau kasyaf. Yakin, semata-mata yakin bahwa Dia yang dipandang sekalipun tidak ada sesuatu pengetahuan untuk diceritakan dan tidak ada sesuatu pengenalan untuk dipamerkan.
Orang yang memperoleh haqqul yaqin berada dalam suasana hatinya kekal bersama-sama Allah pada setiap saat, setiap ruang dan setiap keadaan. Dia kembali ke kehidupan seperti manusia biasa dengan suasana hati yang demikian, di mana mata hatinya sentiasa menyaksikan Yang Hakiki. Allah dilihat dalam dua hal yang berlawanan dengan sekali pandang. Dia melihat Allah pada orang yang membunuh dan orang yang kena bunuh. Dia melihat Allah yang menghidupkan dan mematikan, menaikkan dan menjatuhkan, menggerakkan dan mendiamkan. Belum perkaitannya dengan keberadaan atau ketidakwujudan dirinya. Wujud Allah Esa, Allah meliputi segala sesuatu.
Allah hanya dapat dikenal jika Dia sendiri mau Dia dikenal. Jika Dia ingin memperkenalkan Diri-Nya kepada hamba-Nya maka hati hamba itu akan dipersiapkan dengan menganugerahkan warid. Hati hamba diterangi dengan Nur-Nya. Tidak mungkin mencapai Allah swt tanpa dorongan yang kuat dari Nur-Nya. Nur-Nya adalah kendaraan bagi hati untuk sampai ke Hadrat-Nya. Hati adalah umpama badan dan roh adalah nyawanya. Roh pula berkait dengan Allah dan hubungan itu dinamakan as-Sir (Rahasia). Roh menjadi nyawa kepada hati dan Sir menjadi nyawa kepada roh. Dapat juga dikatakan bahwa hakikat ke hati adalah roh dan hakikat kepada roh adalah Sir. Sir atau Rahasia yang sampai kepada Allah dan Sir yang masuk ke Hadrat-Nya. Sir yang mengenal Allah s.w.t. Sir adalah hakikat kepada sekalian yang maujud.
Nur Ilahi menerangi hati, roh dan Sir. Nur Ilahi membuka bidang hakikat-hakikat. Amal dan ilmu tidak mampu menyingkap rahasia hakikat-hakikat. Nur Ilahi yang berperan menyingkap tabir hakikat. Orang yang mengambil hakikat dari buku-buku atau dari ucapan orang lain, bukanlah hakikat sebenar yang ditemuinya, tetapi hanyalah sangkaan dan khayalan semata-mata. Jika ingin mencapai hakikat perlulah mengamalkan wirid sebagai pembersih hati. Kemudian bersabar menanti sambil terus juga berwirid. Jika Allah menghendaki warid akan didatangkan-Nya kepada hati yang asyik dengan wirid itu. Itulah keberhasilan yang besar dapat dicapai oleh seseorang hamba semasa hidupnya di dunia ini.
Alam ini pada hakikatnya adalah gelap. Alam menjadi terang karena ada kenyataan Allah swt padanya. Misalkan kita berdiri di atas puncak sebuah bukit pada waktu malam yang gelap gulita. Apa yang terlihat hanyalah kegelapan. Bila hari siang, matahari menyinarkan sinarnya, kelihatanlah tumbuh-tumbuhan dan hewan yang menghuni bukit itu. Keberadaan di atas bukit itu menjadi nyata karena diterangi oleh cahaya matahari. Cahaya menzahirkan kewujudan dan gelap pula memindahkan isinya. Jika kegelapan hanya sedikit maka keberadaan terlihat samar. Jika kegelapan itu tebal maka kewujudan tidak kelihatan lagi. Hanya cahaya yang dapat menzahirkan keberadaan, karena cahaya dapat menghalau kegelapan. Jika cahaya matahari dapat menghalau kegelapan yang menutupi benda-benda alam yang nyata, maka cahaya Nur Ilahi pula dapat menghalau kegelapan yang menutup hakikat-hakikat yang ghaib. Mata di kepala melihat benda-benda alam dan mata hati melihat kepada hakikat-hakikat. Banyaknya benda alam yang dilihat oleh mata karena banyaknya cermin yang membalikkan cahaya matahari, sedangkan cahaya hanya satu jenis saja dan datangnya dari matahari yang satu jua. Begitu juga halnya pandangan mata hati. Mata hati melihat banyaknya hakikat karena banyaknya cermin hakikat yang membalikkan cahaya Nur Ilahi, sedangkan Nur Ilahi datangnya dari nur yang satu yang bersumber Zat Yang Maha Esa.
Kegelapan yang menutupi mata hati menyebabkan hati terpisah dari kebenaran. Hatilah yang tertutup sedangkan kebenaran tidak tertutup. Dalil atau bukti yang dicari bukanlah untuk menyatakan kebenaran tetapi adalah untuk mengeluarkan hati dari lembah kegelapan kepada cahaya yang terang benderang bagi melihat kebenaran yang sememangnya tersedia ada, bukan mencari kebenaran baru. Cahayalah yang menerangi atau membuka tutupan hati. Nur Ilahi adalah cahaya yang menerangi hati dan mengeluarkannya dari kegelapan serta membawanya menyaksikan sesuatu dalam keadaannya yang asli. Bila Nur Ilahi sudah membuka tutupan dan cahaya terang telah bersinar maka mata hati dapat memandang kebenaran dan keaslian yang selama ini disembunyikan oleh alam nyata. Bertambah terang cahaya Nur Ilahi yang diterima oleh hati bertambah jelas kebenaran yang dapat dilihatnya. Pengetahuan yang diperoleh melalui pandangan mata hati yang bersuluhkan Nur Ilahi dinamakan ilmu laduni atau ilmu yang diterima dari Allah secara langsung. Kekuatan ilmu yang diperoleh tergantung pada kekuatan hati menerima cahaya Nur.
Ilahi.
Murid yang masih pada tingkat awal hatinya belum cukup bersih, maka cahaya Nur Ilahi yang diperolehinya tidak begitu terang. Oleh itu ilmu laduni yang diperolehinya masih belum mencapai tingkat yang halus-halus. Pada tingkat ini hati bisa mengalami kekeliruan. Kadang-kadang hati menghadap kepada yang kurang benar dengan membelakangkan yang lebih benar. Orang yang pada tingkat ini perlu mendapatkan penjelasan dari anggota makrifat yang lebih arif. Bila hatinya semakin bersih cahaya Nur Ilahi semakin bersinar meneranginya dan dia mendapat ilmu yang lebih jelas. Lalu hatinya menghadap ke yang lebih benar, sampai dia menemukan kebenaran hakiki.
TERBUKA MATA HATI memperlihatkan kepada KAMU AKAN HAMPIRNYA ALLAH SWT Kesaksian MATA HATI memperlihatkan kepada KAMU AKAN ketiadaan KAMU DI SAMPING WUJUD ALLAH SWT Kesaksian HAKIKI MATA HATI memperlihatkan kepada KAMU HANYA ALLAH YANG WUJUD, TIDAK TERLIHAT LAGI ketiadaan KAMU DAN WUJUD KAMU.
Bila hati sudah menjadi bersih maka hati akan menyinarkan cahayanya. Cahaya hati ini dinamakan Nur Kalbu. Ia akan menerangi akal lalu akal dapat memikirkan dan merenungi tentang hal-hal ketuhanan yang menguasai alam dan juga dirinya sendiri. Renungan akal terhadap dirinya sendiri membuatnya menyadari akan perjalanan hal-hal ketuhanan yang menguasai dirinya. Kesadaran ini membuatnya merasakan dengan mendalam betapa hampirnya Allah swt dengannya. Lahirlah di dalam hati nuraninya perasaan bahwa Allah selalu mengawasinya. Allah melihat segala gerak-gerinya, mendengar pertuturannya dan mengetahui bisikan hatinya. Jadilah dia seorang Mukmin yang cermat dan waspada.
Di antara sifat yang dimiliki oleh orang yang sampai ke martabat Mukmin ialah:
1: Cermat dalam pelaksanaan hukum Allah s.w.t.
2: Hati tidak cenderung kepada harta, merasa cukup dengan apa yang ada dan tidak sayang membantu orang lain dengan harta yang dimilikinya.
3: Bertaubat dengan sebenarnya (taubat nasuha) dan tidak kembali lagi ke kejahatan.
4: rohaninya cukup kuat untuk menanggung kesusahan dengan sabar dan bertawakal kepada Allah
5: kehalusan spiritual membuatnya merasa malu kepada Allah dan merendah diri kepada-Nya.
Orang Mukmin yang taat kepada Allah, kuat melakukan ibadat, akan meningkatlah kekuatan rohaninya. Dia akan kuat melakukan tajrid yaitu menyerahkan urusan kehidupannya kepada Allah Dia tidak lagi khawatir terhadap sesuatu yang menimpanya, walaupun bala yang besar. Dia tidak lagi meletakkan ketergantungan kepada sesama makhluk. Hatinya telah teguh dengan perasaan reda terhadap apa jua yang ditentukan Allah untuknya. Bala tidak lagi menggugat imannya dan nikmat tidak lagi menggelincirkannya. Baginya bala dan nikmat adalah sama yaitu takdir yang Allah tentukan untuknya. Apa yang Allah takdirkan itulah yang paling baik. Orang yang seperti ini selalu di dalam perawatan Allah karena dia telah menyerahkan dirinya kepada Allah Allah berikan kepadanya kemampuan untuk melihat dengan mata hati dan bertindak melalui Petunjuk Laduni, tidak lagi dalam pikiran, kehendak diri sendiri atau angan-angan. Pandangan mata hati kepada hal ketuhanan mempengaruhi hatinya (kalbu). Dia mengalami suasana yang menyebabkan dia menolak keberadaan dirinya dan diisbatkannya ke Wujud Allah Suasana ini timbul akibat hakikat ketuhanan yang dialami oleh hati .. Dia merasa benar-benar akan keesaan Allah bukan sekadar mempercayainya.
Pengalaman tentang hakikat dikatakan memandang dengan mata hati. Mata hati melihat atau menyaksikan keesaan Allah dan hati merasakan akan keadaan keesaan itu. Mata hati hanya melihat kepada Wujud Allah, tidak lagi melihat ke wujud dirinya. Orang yang di dalam suasana seperti ini telah berpisah dari sifat-sifat kemanusiaan. Dalam keadaan demikian dia tidak lagi mengindahkan peraturan masyarakat. Dia hanya mementingkan soal hubungannya dengan Allah Soal duniawi seperti makan, minum, pakaian dan pergaulan tidak lagi mendapat perhatiannya. Kelakuannya dapat menyebabkan orang menyangka dia sudah gila. Orang yang mencapai tingkat ini dikatakan mencapai makam tauhid sifat. Hatinya jelas merasakan bahwa tidak ada yang berkuasa melainkan Allah dan segala sesuatu datangnya dari Allah
Rohani manusia melalui beberapa peningkatan dalam proses mengenal Tuhan. Pada tahap pertama terbuka mata hati dan Nur Kalbu memancar menerangi akalnya. Seorang Mukmin yang akalnya diterangi Nur Kalbu akan melihat betapa hampirnya Allah Dia melihat dengan ilmunya dan mendapat keyakinan yang dinamakan ilmul yaqin. Ilmu berhenti di situ. Pada tahap keduanya mata hati yang terbuka sudah dapat melihat. Dia tidak lagi melihat dengan mata ilmu tetapi melihat dengan mata hati. Kemampuan mata hati memandang itu dinamakan kasyaf. Kasyaf melahirkan pengenalan atau makrifat. Seseorang yang berada di dalam makam makrifat dan mendapat keyakinan melalui kasyaf dikatakan memperoleh keyakinan yang dinamakan ainul yaqin. Pada tahap ainul yaqin makrifatnya ghaib dan dia juga ghaib dari dirinya sendiri. Maksud ghaib di sini adalah hilang perhatian dan kesadaran terhadap sesuatu hal .. Beginilah hukum makrifat yang berlaku.
Makrifat lebih tinggi nilainya dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah pencapaian terhadap persoalan yang terpecah-pecah bidangnya. Makrifat pula adalah hasil pencapaian terhadap hakikat-hakikat yang menyeluruh yaitu hakikat kepada hakikat-hakikat. Tetapi, kesaksian mata hati jauh lebih tinggi dari ilmu dan makrifat karena kesaksian itu adalah hasil dari kemauan keras dan perjuangan yang gigih disertai dengan upaya hati dan pengalaman. Kesaksian (shahadul Haq) adalah setinggi-tinggi keyakinan. Kesaksian yang paling tinggi adalah kesaksian hakiki oleh mata hati atau penyaksian yang haq. Ia merupakan keyakinan yang paling tinggi dan dinamakan haqqul yaqin. Pada tingkat kesaksian hakiki mata hati, mata hati tidak lagi melihat ke ketiadaan dirinya atau kewujudan dirinya, tetapi Allah dilihat dalam segala sesuatu, segala kejadian, dalam diam dan dalam tutur-kata. Kesaksian hakiki mata hati melihat-Nya tanpa dinding penutup antara kita dengan-Nya. Belum antara atau ruang antara kita dengan Dia.
Dia berfirman:
"Dan Ia (Allah) tetap bersama-sama kamu di mana saja kamu berada."
(Ayat 4: Surah al-Hadiid)
Dia tidak terpisah dari kamu. Kesaksian yang hakiki adalah melihat Allah dalam segala sesuatu dan pada setiap waktu. Pandangannya terhadap makhluk tidak menutup pandangannya terhadap Allah Inilah makam keteguhan yang dipenuhi oleh ketenangan dan kedamaian yang sejati dan tidak bervariasi, bernaung di bawah payung Yang Maha Agung dan Ketetapan Yang Teguh. Pada kesaksian yang hakiki tiada lagi ucapan, tiada bahasa, tiada ibarat, tiada ilmu, tiada makrifat, tiada pendengaran, tiada kesadaran, tiada hijab dan semuanya sudah tiada. Tabir hijab telah tersingkap, maka Dia dipandang tanpa ibarat, tanpa huruf, tanpa abjad. Allah dipandang dengan mata keyakinan bukan dengan mata zahir atau mata ilmu atau kasyaf. Yakin, semata-mata yakin bahwa Dia yang dipandang sekalipun tidak ada sesuatu pengetahuan untuk diceritakan dan tidak ada sesuatu pengenalan untuk dipamerkan.
Orang yang memperoleh haqqul yaqin berada dalam suasana hatinya kekal bersama-sama Allah pada setiap saat, setiap ruang dan setiap keadaan. Dia kembali ke kehidupan seperti manusia biasa dengan suasana hati yang demikian, di mana mata hatinya sentiasa menyaksikan Yang Hakiki. Allah dilihat dalam dua hal yang berlawanan dengan sekali pandang. Dia melihat Allah pada orang yang membunuh dan orang yang kena bunuh. Dia melihat Allah yang menghidupkan dan mematikan, menaikkan dan menjatuhkan, menggerakkan dan mendiamkan. Belum perkaitannya dengan keberadaan atau ketidakwujudan dirinya. Wujud Allah Esa, Allah meliputi segala sesuatu.
0 komentar:
Posting Komentar