Peran penting dan manfaat hawa nafsu pada manusia, sebanding clengan besarnya potensi dan kemampuannya. Dan besar potensinya sebanding lengan daya rusaknya. Tak diragukan lagi, hubungan timbal balik yang demikian itu benar-benar ada dalam jiwa manusia.
Hawa nafsu merupakan motor siklus kehidupan. Tanpanya, yakni tanpa seksualitas, keposesifan, egoisme, selera makan-minum, mekanisme bela-diri dan daya amarah, gerobak kehidupan manusia lakkan pernah bergerak.
Peranannya yang besar, efektif dan efisien sebagai penggerak sebanding dengan peranannya sebagai perusak.
Imam Ali as berkata: "Amarah akan merusak hati dan menjauhkannya dari kebenaran."
Imam Ali as juga berkata: " Banyak akal yang lunglai akibat gencarnya keinginan."
Antara Pengekangan dan Pengumbaran Hawa Nafsu
Oleh sebab itu, sikap yang benar dalam menghadapi hawa nafsu bukanlah pengekangan total. Karena, hawa nafsu adalah faktor yang berguna menggerakkan kehidupan manusia.
Mengabaikan dan menyia-nyiakan peran hawa nafsu akan mengakibatkan lumpuhnya faktor terpenting yang ada dalam diri manusia sebagai penggerak utama kehidupannya.
Bahkan, pengekangan dan pengebirian naluri akan menebarkan gejolak jiwa yang sangat tidak sehat bagi kepribadian manusia. Sebaliknya, mengumbar tuntutan hawa nafsu tanpa pernah membatasi adalah sikap yang tidak bisa dibenarkan juga. Sebab, pada saat itu. peran positifnya akan berubah menjadi peran perusak. Dan ini sungguh membahayakan kehidupan manusia.
Atas dasar ini, Islam menentukan sikap jalan tengah atau moderat terhadap hawa nafsu; la mengakui peran pentingnya dan tidak melecehkan keberadaannya.
Allah SWT berfirman: "Diperhiaskan pada manusia kecintaan kepada berbagai syahwat (apa-apa yang diingini); dari wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang..." Q.S. Âli ‘Imrân 14.
Dan firman Allah SWT: "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia..." Q.S. Al-Kahfi 46.
Pada titik ini, Alquran mengakui keberadaan hawa nafsu dan menganggapnya sebagai perhiasan dan keindahan. Islam tidak pernah memandangnya sebagai hal yang jelek dan keji bagi kehidupan manusia.
Titik di atas sangat penting untuk memahami sikap Islam terhadap hawa nafsu dan syahwat di mana Islam membolehkan mengikuti ajakan syahwat dengan menikmati keindahan kehidupan manusia.
Allah SWT berfirman: "Makanlah di antara rizki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu..." Q.S. Thâhâ 81.
Allah SWT berfirman: "... dan jangonlah kamu melupakan bahagiaanmu dari (kenikmatan) dunia..." Q.S. Al-Qashash 77.
Di sisi lain, Islam tidak memperkenankan manusia mengikuti semua ajakan hawa nafsu atau hanyut dalam menurutinya tanpa ada pengendali dan pembatasan.
Abu Abdillah as berkata: "Janganlah kamu biarkan nafsu dan kemauannya, karena kemauan nafsu membawa kebinasaan."
Islam juga menetapkan seperangkat penghalang dan pembatas aktivitas hawa nafsu dan syahwat. Dan ini adalah poin ketiga tentang sikap Islam dalam membatasi gerak Hawa nafsu, seperti memenuhi kebutuhan seksual tidak dilarang syariat dan bukan masalah yang hina. Namun. Islam membolehkan dan menganjurkannya dengan meletakkan batasan-batasan menurut ketentuan aturan syariat.
Dan contoh lain, cinta harta tidak dilarang oleh Islam, malahan dibolehkan. Namun, Islam meletakkan beberapa ketentuan untuk mengaturnya.
0 komentar:
Posting Komentar